Hal ini terbukti bahwa pada tahun 2013 Desa Piyak dan Kabalan masih dilanda bencana banjir akibat luapan sungai Bengawan Solo. Luapan Bengawan Solo memang tidak sampai meluber diatas tanggul, tetapi di Desa Piyak dan Kabalan di lintasi Sungai Mekuris yang sampai dengan saat ini belum ada pintu air atau tanggulnya. Banjir pada tahun 2013 di Desa Piyak menimbulkan kerugian besar Karena tanaman padi seluas 40 ha siap panen usia sekitar 80 hari terendam banjir selama 7 hari.
Ketua Kelompok Tani Beno Desa Piyak (Ridwan) mengatakan : Banjir mengakibatkan kerugian sebesar kurang lebih Rp. 672.000.000,- hal ini dengan asumsi setiap 1 Ha mengasilkan 6.000 kg ( 6 ton ) gabah kering sawah dengan harga Rp. 4.000,-/per kg rata-rata petani hanya memperoleh hasil 30 % dari kondisi normal. Ridwan lalu memberikan hitung-hitungan sebagai berikut :
Lahan sawah yang ditanami padi seluas 40 Ha x 6.000 kg x Rp. 4.000,- = Rp. 960.000.000,-
dari nilai tersebut petani hanya dapat memanen sisa terendam banjir sebesar 30 % x Rp.960.000.000,- = Rp. 288.000.000,-
Jadi Kerugian Petani sebesar 70 % x Rp. 960.000.000,- = Rp. 672.000.000,-
“Selanjutnya Ridwan mewakili kelompok tani dan masyarakat Desa Piyak sangat berharap agar Pemerintah memprioritaskan pembangunan tanggul Sungai Mekuris”.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !